Oleh : Tigor Sinaga
GOLKAR, Gerindra, PDIP, PKS & PAN Masing-masing parpol punya kekuatan, karakter & branding dan basis yang selalu mereka jaga, sehingga wajarlah capaian mereka pada posisi 5 teratas partai politik di indonesia saat ini, seperti paparan lembaga survei Indonesia Political Opinion. Secara tradisional sulit partai lain menembus 5 besar, apalagi partai baru seperti PSI.
PSI awalnya di desain dengan karakter & branding yg sangat kuat, partai anak muda anti korupsi & anti toleransi yang dibangun dengan prinsip meritokrasi yang di gandrungi anak-anak muda yang ingin masuk politik saat itu , tapi ndak punya backing (ter inspirasi jokowi).
Namun sayangnya struktur kepengurusan partai saat itu, didesain hanya untuk lolos administrasi pemilu 2019 dan terbatas hanya bergantung pada jaringan tertentu.
Hari ini kekuatan PSI ada pada pak Jokowi, branding PSI partai Jokowi yang didengungkan selama pileg dan pilkada sudah bergema, banyak pergeseran nilai nilai perjuangan, jargon- jargon dan karakter partai yang di teriakkan sejak awal berdiri, bergeser menjadi partai pendukung jokowi.
Sesungguhnya Ini repositioning yang baik sekali, tapi harus betul-betul dipersiapkan dengan matang. Perubahan AD/ART sebagai partai super terbuka harus serius dipersiapkan betul, bukan sekedar jargon.
Tata cara pemilihan pengurus dan pengambilan keputusan kebijakan partai sebagai partai terbuka, itu yang dijual dan disosialisasikan sebagai gagasan briliyan pak Jokowi. Gagasan revolusioner yang akan merubah peta dan tatanan politik indonesia.
Gagasan menjual pak jokowi sebagai calon ketua umum sungguh menaikkan pamor partai, magnit pak Jokowi masih sangat kuat di daerah dan terbukti politik endorsmen pada pilkada yang kita lakukan mendapatkan hasil sangat baik.
Momentum ini harus dikelola dengan baik, jadwal kongres di undur saja dulu. Angkat dan terus sosialisasikan isu gagasan perubahan AD/ART sehingga menarik masyarakat lebih banyak untuk gabung PSI.
Pecinta Jokowi harus dimobilisasi, perubahan AD/ ART pun harus mencerminkan itu. “PSI adalah Rumah baru perjuangan kita ” pernyataan yang sangat baik dari Mas Kaesang pada pidato pertama sebagai ketum PSI dan disambut gegap gempita Relawan Jokowi yang hadir saat itu di Jakarta theater.
Namun undangan untuk datang ke “rumah barunya” itu tidak di ikuti teman teman di DPP PSI untuk penyediaan kursi, meja atau kamar secara organisasi buat mereka , sehingga ajakan tersebut belum maksimal membuahkan hasil, dan saat ini adalah momentum untuk membayar itu .
Buka ruang ruang bagi mereka untuk merasa nyaman bergabung yang terfasilitasi pada bunyi revisi AD/ART. Siapkan wadah bagi mereka secara ex officio dengan hak dan kewajiban yang jelas.
Mungkin membangun sayap sayap partai menjadi salah satu solusi bagi kehadiran mereka, sekaligus memperluas jaringan dan ruang gerak partai untuk melayani rakyat .
Gagasan one man one vote dari seluruh anggota partai itu bagus sekali , tapi harus massal, agar status ketua umum yang dipilih pun menjadi kredibel. Adalah tugas DPP, sekjend dan panitia untuk menggunakan magnet pak Jokowi pada persiapan kongres ini untuk melipatkan jumlah anggota , sehingga layak disebut Pemilu Raya.
Ini adalah pertarungan sesungguhnya bagi PSI. DPP, jajaran pengurus dan panitia harus sungguh sungguh mempersiapkan keanggotaan , apa jadinya jika anggota partai yang terdaftar pada saat kongres dan berhak memilih hanya 5.000 orang…
Dan sebaliknya , jika saja menjelang kongres kita punya 5 juta anggota, pastilah calon terpilih secara one man one vote akan bangga dan kredibel…, termasuk mungkin pak Jokowi akan mendaftar dan bertarung dengan mas Kaesang, sebagai pembuktian dan pembelajaran kepada publik dalam menjalankan fairnes pada partai super terbuka, bukan partai elite atau partai keluarga…!!
Ini pembuktian gagasan briliyan beliau. Sekaligus ini repositioning yang membuka peluang PSI menembus posisi 5 besar 2029., s e m o g a.