Yang Datang dan Hilang Saat Pilkada

Deddy Rahmawan

Bagikan

Oleh : Deddy Rachmawan

Dia tiba-tiba muncul. Kini, tiba-tiba pula ia “menghilang”. Dulu kemunculannya di masa-masa seperti sekarang. Musim Pilkada.

Tapi sekarang meski musim Pilkada makin menghangat, ia nyaris tak tampil. Dus, apalagi mencuri perhatian.

Ia yang biasa aktif membagikan momen di Instagramnya, kini nyaris tak update. Kecuali mungkin story. Unggahan terakhirnya bertepatan dengan hari Kartini. Hingga lewat Hari Lahir Pancasila, ia tak mengunggah semisal ucapan peringatan hari bersejarah tersebut. Sesuatu yang ketika Pilgub dulu, rutin ia lakukan, bahkan untuk peringatan hari yang tak banyak orang tahu.

Dia adalah Ratu Munawaroh. Janda mendiang Zulkifli Nurdin. Hampir tiga tahun lalu, ketika masa Pemilihan Gubernur Jambi menghangat, sosoknya jadi pembicaraan. Betapa tidak, setelah lama “menghilang” Ratu mantap menjadi Calon Wakil Gubernur Jambi. Ia mendampingi Cek Endra. Lebih dari itu, Ratu bukan sekadar pelengkap. Simak saja saat debat, ia fasih menyampaikan gagasan. Tapi, ternyata itu tak cukup.

Dan kemudian kita tahu, duet Cerah (Cek Endra-Ratu Munawaroh) berada sebagai runner up. Selepas Pilgub Ratu akhirnya menghabiskan banyak waktu di Jambi. Wilayah yang dulu disebut bermula di Sialang Belantak Besi hingga Bukit Tambun Tulang.

Sebut saja Pilgub Jambi 2020 adalah kekalahan pertama Ratu. Lalu musim Pileg pun tiba. Wanita yang sempat mempopulerkan tengkuluk itu lantas keluar masuk desa. Menemui konstituen di pelosok. Ia tak jera dengan kekalahan pertamanya, maka ia pun menjadi Caleg. Bukan untuk DPRD Provinsi Jambi tapi DPR RI – lembaga yang pernah ia bernaung namun ditinggalkan di tengah jalan.

Perolehan suaranya tidak sedikit. 43.783 suara. Tapi itupun tak membuat perempuan kelahiran 30 Agustus itu mendapat kursi di Senayan. Itulah kegagalan kedua. Dengan jatah hanya 8 kursi untuk Jambi sementara Pileg Februari lalu, merupakan perang bintang. Ratu rupanya kalah terang. Barangkali ia muncul di saat yang tidak tepat.

Karena bersuamikan Zulkifli Nurdin, tentu Ratu bisa dianggap representasi trah Zulkifli Nurdin (ZN) ataupun Nurdin Hamzah- ayah ZN.

Dan masih terkait trah ZN. Yang ini juga muncul tiba-tiba dan menghilang juga sangat tiba-tiba. Siapa lagi kalau bukan Zumi Laza, adik Zumi Zola.

Dulu ia muncul jelang Pilwako Jambi 2018. Bahkan Laza, sempat pula menjadi Ketua DPD PAN Kota Jambi. Tapi itu tak lama. Ia yang digadang tampil di Pilkada Kota Jambi tetiba raib. Apa pasal, tentu ia yang lebih tahu.

Kini Laza tahu-tahu aja sudah nongol lagi. Bukan di Kota Jambi, ia meramaikan bursa Bakal Calon Bupati Tanjung Jabung Timur. Daerah yang pernah dipimpin abangnya.

Laza dari ibukota blusukan ke Tanjung Jabung Timur. Tapi kehadirannya dikritik orang yang pernah dekat dengan Zola. Sebab, Laza turun kerap bersama Zola. Malah dinilai justru Zola yang lebih aktif ketimbang Laza.

Begitulah dua orang trah ZN; istri dan anaknya, mewarnai politik Jambi. Tiba-tiba muncul lalu “menghilang” tiba-tiba.

Laza, sangat mungkin akan mengikuti kontestasi yang mungkin tak pernah ia bayangkan sebelum Zola menjadi kepala daerah. Sekalipun ada Dila Hich sebagai sesama PAN, juga maju.

Lalu Ratu? Apakah ia akan tampil tiba-tiba di Pilgub Jambi? Atau mungkin di Pilwako Jambi?
Tiba-tiba saya ingin mengutip kalimat yang Bu Ratu tulis di unggahan 21 April itu. “Mimpinya untuk melanjutkan pendidikan kandas, kesedihan mendalam yang menyebabkan sakit, tapi kemudian bangkit dengan mendirikan Sekolah Kartini.”

Akankah Ratu Bangkit?

(Penulis “Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya”)

Baca Juga