Jtizen – Komisi IV DPRD Kota Jambi akan menindak lanjuti usulan dan aspirasi yang disampaikan oleh Laskar dan Ormas yang tergabung dalam AMPEDU, kepada Pimpinan DPRD dan Wali Kota Jambi.
Audiensi yang dilakukan antara DPRD Kota Jambi bersama Aliansi Laskar dan Ormas Daerah dan Budaya Jambi itu, merupakan buntut dari viralnya video sekelompok pria yang menari dengan berpakaian seperti Wanita dan disertai gaya tarian yang juga menyerupai Wanita.
Menanggapi aspirasi dan tuntutan yang disampaikan siang itu, Komisi IV DPRD Kota Jambi mengatakan akan menindak lanjuti ke Pimpinan DPRD Kota Jambi, serta juga akan mengirimkan rekomendasi pembentukan Perwal (Peraturan Wali Kota), kepada Wali Kota Jambi.
“Kami sudah menampung dan nanti akan kami diskusikan di komisi IV untuk merekomndasikan kepada Pimpinan (DPRD Kota Jambi, red),” tutur Jefrizen, Ketua Komisi IV DPRD Kota Jambi, senin (11/09/2023).
Ia menambahkan bahwa Komisi IV juga akan meneruskan dengan memberikan rekomendasi kepada Wali Kota Jambi untuk segera menerbitkan Perwal, terkait pelaksanaan kegiatan yang berbau LGBT dan sejensinya.
“Seperti yang dilaksanakan di WTC itu supaya sebelum diadakan perlu diseleksi lebih ketat lagi,” jelas Ketua Komisi IV itu.
Pembentukan Peraturan Wali Kota (Perwal) itu sendiri, merupakan alternatif dari tuntutan para anggota aliansi yang hadir, dimana mereka menuntut agar dilahirkan sebuah Perda (Peraturan Daerah) yang mengatur kegiatan atau acara yang berpeluang memberikan celah kepada kampanye-kampanye LGBT.
Selain usulan terkait Peraturan, sejumlah orang yang tergabung dalam AMPEDU (Aliansi Masyarakat Peduli Adat), yang diantaranya berasal dari, Laskar Front Persaudaraan Islam Kota Jambi, Raden Melayu Jambi, Laskar Pemuda Seberang, Serambi Serumpun Melayu, serta Ormas Daerah Jambi lainnya itu juga memberikan usulan lainnya.
Seperti kritik atas batu berbentuk bola yang tecetak tulisan nama pahlawan daerah Jambi, agar segera ditindak lanjuti oleh DPRD.
Karena sebelumnya viral photo dimana batu yang bertuliskan nama pahlawan tersebut dijadikan tempat duduk, yang dianggap sangat tidak pantas khususnya kepada para pahlawan daerah Jambi, yang Namanya tertulis di batu tersebut.
